Dalam pengukuran fisika, umumnya menghendaki hasil yang dinyatakan secara kuantitatif (angka-angka), hasil yang diperoleh merupakan data yang didapat dari pengukuran yang teliti. Untuk mencapai ketelitian yang optimum, biasanya dipakai alat pembanding/alat ukur dengan pembagian skala yang bervaliditas tinggi.
Tiap-tiap pengukuran fisika, tidak ada yang seksama sempurna, selalu terdapat kesalahan-kesalahan. Kesalahan itu tidak dapat dihindarkan, hanya dapat diketahui kesalahan-kesalahan terbesar yang mungkin terjadi.
Dengan menyadari kesalahan-kesalahan yang terjadi berarti telah dapat memprediksi ketelitian dan di daerah mana letak/posisi pengukuran yang tepat tersebut. Dalam pengukuran-pengukuran fisika harus dilakukan berulang kali, hal ini memperkecil kesalahan yang terjadi, sehingga hasil pengukuran mendekati yang sebenarnya.
Dalam pengukuran fisika, tidak boleh didasarkan pada perasaan, karena perasaan mengandung relativitas yang besar, misal : tangan kita mula-mula dimasukkan ke dalam es, lalu dimasukkan ke dalam air yang suhunya sedang, maka tangan kita waktu dimasukkan ke dalam air akan terasa lebih panas. Lalu apabila tangan kita terlebih dahulu dimasukkan ke dalam air yang lebih panas dan setelah itu tangan kita dimasukkan ke dalam air yang suhunya sedang maka akan terasa dingin. Karena itu apabila pengukuran panas didasarkan pada perasaan, akan terdapat kesalahan yang sangat besar. Kesalahan-kesalahan ini dapat dihindari dengan membuat/menggunakan alat-alat ukur yang terlepas. Dari perasaan manusia, seperti mistar, thermometer, barometer dan lain sebagainya.
Pengukuran dengan menggunakan alat, sudah cukup teliti, hanya untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari suatu pengukuran, harus diadakan koreksi terhadap pengukuran tersebut, misal : harus diperhitungkan lagi, pada temperatu berapa alat-alat yang digunakan itu ditera pembagian skalanya, kemudian pada temperatur berapa pengukuran itu dilakukan. Perubahan/bertambahnya panjang dari pembagian skala itu harus dikaitkan lagi terhadap pengukuran-pengukuran yang dilakukan.
Dengan demikian, disamping persamaan/rumus fisika yang ada (baku), ada pula persamaan-persamaan/rumus yang telah dilengkapi dengan koreksi/koreksinya.
Car-cara pengamatan pun harus diperhatikan, usahakan dalam posisi yang tepat, agar sifat-sifat tipuan mata tidak mempengaruhi ketelitian pengamatan. Dengan demikian, ketelitian bertambah baik dan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin.
Sumber: Teori Sesatan, Syarif Barnas
Judul: Pengukuran Dalam Fisika
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Kamis, April 24, 2014
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Kamis, April 24, 2014
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih tidak meninggalkan tautan link