Gita Wirjawan (GW) lahir di Jakarta, 21 September 1965. Ia adalah pengusaha asal Indonesia. Nama lengkapnya Gita Irawan Wirjawan, putra dari pasangan Wirjawan Djojosoegito (almarhum) dan Paula Warokka Wirjawan. Pada 2008, ia mendirikan perusahaan Ancora Capital (tempo), perusahaan investasi di bidang sumber daya dan pertambangan. Ia mendirikan perusahaan tersebut setelah ia memutuskan mundur dari kursi Presiden Direktur JP Morgan Indonesia yang ia jabat 2006-2008.
Kesuksesannya dalam mengelola perusahaan berbekal kekuatan relasi yang ia bangun sejak kuliah di Harvard. Ancora Capital sendiri berfokus pada investasi di sektor energi dan sumber daya alam. Kesuksesan Gita dalam mengelola perusahannya dibuktikan ketika dalam hitungan bulan, Ancora berhasil mengambil alih sebagian saham beberapa perusahaan besar seperti PT Bumi Resources Tbk, Selain itu, ia juga merupakan salah satu komisaris PT Pertamina. Pada tanggal 18 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Gita Wirjawan diangkat sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Mari Elka Pangestu. Pada 31 Januari 2014, ia menyatakan mundur dari posisinya sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Indonesia Bersatu II untuk fokus ke Konvensi Partai Demokrat 2014. Ia digantikan oleh Muhammad Lutfi.
Karier dan Kehidupan
Gita menempuh pendidikan S-1 di University of Texas Amerika Serikat. Ia menyelesaikan kuliah S-2 pertamanya di Baylor University, pada 1989. Ia mengambil jurusan administrasi bisnis. Selepas kuliah, ia memulai kariernya dengan bekerja di Citibank. Pada 1999, dia mengambil kuliah S-2 jurusan public administration (administrasi Publik) di Harvard University dan lulus pada 2000. Selesai S-2, ia bekerja di Goldman Sachs Singapura, sebuah bank yang didirikan oleh Marcus Goldman. Gita bekerja di sana hingga 2004.Tahun berikutnya dia pindah ke ST Telekomunikasi sampai 2006 juga di Singapura, Gita kemudian bekerja di JP morgan Indonesia sebagai direktur utama. Gita menjadi direktur di sana pada 2006-2008.
Gita Wirjawan mundur dari JP Morgan pada April 2008 dan mendirikan Ancora Capital. Perusahaan barunya ini berfokus pada investasi di sektor energi dan sumber daya alam. Di Ancora, Gita membuktikan kepiawaian dalam mengelola perusahaan yang bergerak di bidang financial. Dalam hitungan bulan, perusahaan ini mengambil alih sebagian saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Multi Nitrat Kimia, perusahaan properti di Jakarta, dan sebuah perusahaan properti di Bali. Keberhasilan Gita memimpin Ancora adalah berkat banyak mengandalkan koneksinya saat kuliah di Harvard.
Masa Remaja dan Latar Belakang Pendidikan
Sejak muda, Gita telah menempuh pedidikan di luar negeri. Gita menghabiskan masa remaja di Bangladesh dan India mengikuti orang tuanya karena ayahnya yang dokter ahli kesehatan masyarakat diberi tugas sebagai perwakilan Indonesia di WHO. Ia kemudian melanjutkan pendidikan tingginya ke Amerika serikat. Matematika dan musik adalah dua mata kuliah utama yang dipelajarinya di Amerika. Namun ibunya Paula Warokka tak suka dia belajar musik karena khawatir Gita tak mudah mencari kerja. Si bungsu ini pun banting stir mengambil kuliah ekonomi demi kecintaannya pada sang ibu. Dia lulus Master of Business Administration di Baylor University, Amerika Serikat tahun 1989.
Masa-masa hidup Gita tersulit adalah bertahan hidup dan meneruskan kuliah di Amerika Serikat. Ayahnya saat itu sudah pensiun dan memberinya bekal tidak lebih dari seperempat biaya kuliah di sana. Saat sulit, dia selalu teringat kata-kata Winnie the Pooh "You're bigger than what you think you are".
Dia menunjukan ketangguhannya bertahan di masa sulit dengan memanfaatkan banyak kesempatan. Berbagai pekerjaan kasar pernah dia lakoni untuk mengumpulkan uang. Mulai menjadi pembersih toilet, pencuci piring di restoran, supir hingga sempat berjualan kulit ular. Di sela-sela libur kuliah, dia juga rajin memberi les piano. Di situlah dia bertemu pertama kalinya dengan Yasmin Stamboel, cucu pahlawan Otto Iskandar Dinata yang kemudian menjadi istrinya.
Berangkat dengan beasiswa musik, Gita berhasil pulang membawa kebanggaan ibunya dengan tiga gelar bidang akuntansi, administrasi bisnis dan ilmu administrasi publik.
Gita mendapatkan Bachelor Degree in Accounting (BBA) di University of Texas, Austin, Amerika Serikat pada tahun 1988. Lulus sebagai akuntan, Gita meraih lisensi Certified Public Accountant untuk negara bagian Texas. Untuk memperluas pengetahuannya, Gita melanjutkan pendidikan Master of Business Administration (MBA) di Baylor University, Amerika Serikat, pada tahun 1989. Gita sempat pulang dan berkarier di Indonesia sebelum kemudian menempuh pendidikan lagi di Amerika Serikat dan memperoleh gelar Master of Public Administration (MPA) di Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 2000.
Sebelum menjadi pejabat pemerintah dan pemilik Ancora, Gita sempat berpindah-pindah kerja. Posisi pentingnya pertama adalah Direktur Corporate Finance di PT Bahana Securities, anak perusahaan dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero). Selain itu, Gita juga pernah memegang jabatan kunci di beberapa bank investasi ternama dunia seperti Goldman Sachs dan JPMorgan.
Pencapaian dan Kebijakan
Baik sebagai Ketua BKPM maupun sebagai Menteri Perdagangan, Gita melahirkan berbagai langkah dan pencapaian yang membawa manfaat positif bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hampir semua kebijakan Gita di bawah ini adalah terobosan baru:
Sebagai Ketua BKPM, ia berhasil menaikkan investasi 25-30% per tahun. Di sisi lain, porsi Penanaman Modal Dalam negerinya juga meningkat, dari semula hanya 20% dari total investasi menjadi 30% total investasi.
Pada Oktober 2011, Gita Wirjawan mengeluarkan larangan untuk melarang ekspor rotan mentah dalam rangka melindungi industry dalam negeri. Langkah berani GW ini mengkoreksi kebijakan pemerintah 2005 yang membuka ekspor bahan baku rotan. Akibat pembukaan keran saat itu, sebagian besar pabrik rotan di Indonesia gulung tikar karena sebagian bahan baku rotan berkualitas tinggi justru diekspor untuk diolah di luar negeri. Keputusan GW ini bukannya tidak memperoleh rekasi negatif. Di berbagai kesempatan pertemuan internasional, GW kerap harus menghadapi tuduhan bahwa ia menerapkan kebijakan protektif yang mengkhianati prinsip pasar bebas. Tapi tuduhan itu tak menyurutkan keyakinannya. Usaha GW berhasil. Usaha mebel dan kerajinan rotan di Indonesia kembali bangkit dan tumbuh pesat, yang diindikasikan oleh kenaikan ekspor rotan olahan. Ribuan pengrajin rotan kini kembali dapat dipekerjakan. Ketua Asosiasi Mebeul dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Sunyoto menyatakan bahwa jumlah ekspor rotan olahan Indonesia pada kuartal pertama 2013 mencapai 1.200-1.500 kontainer, yang merupakan kenaikan 86 persen dari produk kuartal pertama 2012. Diperkirakan, pada pertengahan 2014, angka itu bisa mencapai 3.000 kontainer per bulan.
Pada Juli 2013 Gita memerangi penyebaran Telepon genggam ilegal dengan melakukan pemblokiran telepon genggam yang tidak memiliki International Mobile Equipment Identity di Indonesia.
Kebijakan ini dikeluarkan mengingat Indonesia adalah pasar telepon genggam yang sangat besar. Diperkirakan terdapat 70 juta telepon genggam ilegal di Indonesia. Kerugian negara yang ditimbulkan diperkirakan menapai Rp 35 triliun. Dengan peraturan ini, produk ilegal yang tidak memiliki IMEI tidak akan bisa digunakan di Indonesia.
Pada Juli 2013 Gita menetapkan kebijakan untuk melindungi petani agar harga jual tidak lagi dpermainkan tengkulak atau mafia kedelai, dengan cara menetapkan harga pokok penjualan (HPP). Semula HPP adalah Rp 7.000; dan kemudian dinaikkan menjadi Rp. 7.450.
Pada Agustus 2013, Gita meluncurkan Bursa Timah Indonesia. Melalui peraturan ini. perdagangan timah batangan untuk tujuan ekspor wajib dilakukan melalui Bursa Timah Indonesia Dengan diluncurkannya Bursa Timah tersebut, Indonesia diharapkan dapat menjadi penentu harga timah internasional mengingat Indonesia adalah negara produsen timah terbesar kedua di dunia, dengan produksi 800.000 ton biji timah per tahun. Langkah ini perlu dilakukan mengingat harga acuan timah dunia masih dipegang Bursa London.
Kantor berita reuters (29 Desember 2013) memberitakan bahwa upaya berani Indonesia untuk menyaingi London Metal Exchange dalam penentuan harga timah dunia membuahkan hasil positif. Harga timah sejak diluncurkannya Bursa Timah Indonesia pada Agustus naik 8 pesen menjadi $23.000 per ton. Pada Desember 2013, Gita sukses mengangkat nama Indonesia ketika menjadi Ketua Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (KT WTO) di Bali,
Ia dianggap sukses bukan saja sebagai tuan rumah tapi sebagai tokoh yang melakukan diplomasi untuk menjembatai polarisasi antara para peserta, terutama Amerika Serikat dan India, serta negara-negara Amerika Latin. Peran penjembatan ini penting mengingat prinsip single undertaking dalam pertamuan WTO, yaitu bila ada satu negara peserta yang tidak menyetujui kesepakatan, kesepakatan yang hendak diambil tidak bisa disetujui. Akibat perannya, pertemuan itu dapat menghasilkan Paket Bali yang disetujui secara bulat oleh 160 negara anggotanya. Pertemuan itu bukan saja diperkirakan akan mendorong perdagagan antar negara sehingga membangkitkan nilai perdagangan dunia hingga $ 1 triliun namun juga melahirkan kesepakatan-kesepakatan yang menguntungkan negara-negara berkembang, seperti:
Diizinkannya negara berkembang untuk mengenakan tarif sampai 60% (melalui kesepakatan tarif-rate quota) untuk produk pertanian yang masuk dari luar negeri, terutama negara-negara yang melakukan subsidi pada produk pertaniannya. Ini memberi perlindungan bagi petani negara berkembang.
Negara maju harus mengurangi subsidi untuk sektor pertaniannya. Ini juga penting bagi negara berkembang mengingat selama ini negara maju seperti AS memberikan subsidi sangat besar bagi produk pertaniannya.
Negara berkembang diizinkan melakukan penimbunan dan memberi subsidi pertanian. Pada Desember 2013, Gita mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan toko modern (etrmasuk di dalamnya minimart, hypermart, department store, mall) memasarkan produk dalam negeri minimal 80 persen dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan.
Peraturan ini dikeluarkan untuk memudahkan produsen dalam negeri dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memperoleh akses sehingga akan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.
Selain itu dalam aturan yang sama ditetapkan bahwa setiap pusat perbelanjaan harus menawarkan ruang usaha untuk pemasaran barang dengan merek dalam negeri.
Juga ditetapkan bahwa jumlah outlet/gerai toko modern yang dimiliki dan dikelola sendiri (company owned outlet) paling banyak hanya 150.
Pada Desember 2013, Gita mengeluarkan kebijakan yang melarang penjualan minum beralkohol di minimarket yang berlokasi di daerah pemukiman, di sekitar tempat ibadah, terminal, stasiun, rumah sakit, gelanggang remaja dan sekolah.
Jazz dan Golf
Gita merupakan pecinta musik terutama jazz. Gita mendirikan mendirikan rumah produksi musik bernama Omega Pacific Production. Album-album yang diluncurkan lebih banyak bercorak jazz. Ia memproduksi album jazz bagi pianis Nial Djuliarso, grup jazz Cherokee, dan Bali Lounge I dengan vokalis Tompi. Beberapa lagu dalam album-album itu dia tulis atau aransemen sendiri.Selain memproduksi album jazz, Gita mengeluarkan album pop, seperti Tompi, Bali Lounge II, dan album Dewi Lestari.
Pada akhir 2009, tepatnya pada Rabu, 11 November, Gita resmi bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu II. Gita memeroleh jabatan baru yakni sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)[20]. Sebagai Kepala BKPM, Gita bertugas membenahi permasalahan permasalahan investasi yang ada di Indonesia.
Gita juga merupakan pecinta olahraga golf. Kecintaannya pada golf dia tunjukkan dengan mendirikan sekolah Ancora Golf untuk mencari bibit pegolf muda dari Indonesia. Murid-murid Ancora Golf dididik instruktur dari Singapura untuk dipersiapkan mewakili Indonesia dalam kompetisi internasional Biaya hidup murid Ancora juga ditanggung Gita. Gita juga menyiapkan asrama bagi anak didiknya. Asrama itu bahkan dilengkapi fasilitas seperti televisi plasma, Wi-Fi, dan penyejuk udara.
Ancora Foundation
Gita merupakan pendiri Ancora Foundation, sebuah yayasan yang bergerak dibidang kemanusiaan khususnya pendidikan. Organisasi berfokus pada donasi pendidikan untuk pemuda Indonesia. Yayasan ini telah membuat beberapa program beasiswa antara lain:
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di John F. Kennedy School of Government, Harvard University
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di University of Cambridge
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di University of Oxford
Ancora Foundation Scholarship di Universitas Paramadina
Ancora Foundation Scholarship di Universitas Multimedia Nusantara
The Ancora-Khazanah Scholarship Program
The Ancora Scholarship Program di Jawa Barat
Untuk taman kanak-kanak, Ancora Foundation sudah membanguns ekitar 400 taman kanak-kanak.
Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI)
Pada tanggal 14 Desember 2012 Gita resmi menjabat sebagai Ketua PBSI periode 2012-2016. Pelantikan tersebut dilaksanakan di kompleks Pelatnas Cipayung, Jakarta, setelah sebelumnya tertunda cukup lama setelah ia terpilih dalam Munas PBSI di Yogyakarta pada 20-22 September 2012. Ketika Gita diangkat menjadi Ketua PBSI, Indonesia baru saja terkena skandal memalukan di Olimpade London yang menyebabkan tim nasional didiskualifikasi karena ketahuan sengaja kalah untuk mencari lawan lebih mudah di babak berikutnya. Sejak 2007, Indonesia juga tak pernah menang di final kejuaraan dunia.
Dalam waktu setahun, bulutangkis Indonesia kembali berkibar. Salah satu puncak pretasi pada 2013 adalah ketika dua pasangan Indonesia menyabet dua medali emas di Kejuaraan Dunia di Cina. Apalagi kemenangan itu diraih di kandang Cina, di hadapan ribuan penonton Cina fanatik, sementara Indonesia hanya didukung oleh sekitar 35 penonton.
Gita memang melakukan permbakan di PBSI. Salah satu hal terpenting yang dilakukan GW adalah menempatkan para pemain sebagai pusat perhatian. Dengan tangan dinginnya, Gita berhasil menarik banyak sponsor dan sebagian besar uang yang masuk itu dialirkan untuk meningkatkan kesejahteraan para pemain. Sjeak awal 2013, 83 atlet di pelatnas mendapat individual sponsorship. Penghasilan pemain dan pelatih naik 50-100 persen.
Gita juga melibatkan para bintang bulutangkis senior untuk melatih para calon bintang muda ataupun terlibat dalam struktur kepengurusan PBSI. Dari Tan Joe Hok, Rudy Hartono, Christian Hadinata, Lius Pongoh, sampai Ricky Subagja serta Rexy dan Richard Mainaky kini terlibat dalam pembinaan pemain muda. Ivanna Lie bahkan berhasil diajak terlibat walau bintang legendaris itu pernah menyatakan tak akan mau membantu bulutangkis Indonesia, bertahun-tahun yang lalu.
Gita percaya pada pembinaan sejak kecil. Salah satu sponsor terbesar adalah perusahaan Coca Cola yang berkomitmen menyediakan jutaan raket gratis bagi anak-anak Indonesia agar budaya bulutrangkis kembali tumbuh di masyarakat.
Di bawah Gita, PBSI membangun sekolah atlet di pusat pelatihan di Cipayung. Sekolah ini sengaja didirikan dengan tujuan menjaga agar pendidikan para atlet yang berada di kamp pelatihan tidak terabaikan. Gita tak ingin bahwa para atlet sampai kehilangan kesempatan memperoleh kualitas pendidikan terbaik hanya karena mereka mendedikasikan diri dalam dunia bulutangkis.
Pemikiran
Sebenarnya latar belakang Gita keluar dari JP Morgan adalah karena ia telah mengetahui lebih dulu mengenai krisis finansial di AS pada 2007. Ia mengetahui bahwa dampaknya akan mendunia. Kala itu ia telah berusaha memberi tahu beberapa ekonom dan pemerintah. Sayang, tidak ada yang peduli. Maka, dari itu, ia mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi. Perusahaan itulah yang bernama Ancora Capital. Perusahaan ini ia siapkan untuk membeli saham-saham perusahaan yang ia perkirakan akan rugi karena krisis keuangan global itu.
Dalam hal investasi, Gita meyakini bahwa pembangunan di Indonesia masih memerlukan bantuan keuangan. Indonesia sebagai negara berkembang, menurut Gita memerlukan investasi asing (foreign investment)sebagai penunjang kekuarangan modal (capital) yang terjadi. Gita mengumpamakan Indonesia adalah sebuah bangunan yang kekurangan dana untuk membuat atapnya.
Maka dari itu, bantuan dari luar sebaiknya tidak ditanggapi negatif. Dengan sudut pandang positif, bantuan ini harus diartikan sebagai modal untuk membangun kekuatan ekonomi. Dan kebetulan pihak luar negeri memiliki sumber bantuan tersebut. Sebenarya seharusnya memang orang Indonesia sendiri yang mengelola sumber dayanya sendiri, tetapi untuk periode tertentu bantuan masih dibutuhkan.
Akan tetapi, Gita tetap mengakui bahwa meminta bantuan dari luar negeri memang dilematis. Sebagian kalangan menilai bahwa ini tidak nasionalis dan hanya membahayakan kondisi ekonomi dalam negeri. Bagi Gita, pandangan itu salah. Bantuan dari luar negeri seharusnya diartikan sebagai dukungan untuk membangun ekonomi negara bukan menjual negara. Sekali lagi, ia menegaskan bahwa bantuan itu harus ditanggapi dengan pola pikir (mindset) positif.
Sumber: wikipedia
Judul: Profil Gita Wirjawan
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Minggu, April 27, 2014
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Minggu, April 27, 2014
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih tidak meninggalkan tautan link